7 Jenis Tipografi yang Harus Kamu Tahu dalam Desain Grafis: Sejarah dan Perkembangannya
Pendahuluan: Tipografi adalah elemen penting dalam desain grafis yang berperan besar dalam menyampaikan pesan dan membangun identitas visual…
Ditulis Oleh zidan Pada Sep 2024
Pendahuluan:
Tipografi adalah elemen penting dalam desain grafis yang berperan besar dalam menyampaikan pesan dan membangun identitas visual. Pemilihan jenis tipografi yang tepat dapat membuat desain lebih efektif dan menarik. Berikut adalah tujuh jenis tipografi yang wajib kamu ketahui dalam dunia desain grafis, dilengkapi dengan sejarah dan perkembangannya.
1. Serif
Sejarah:
Serif merupakan salah satu jenis tipografi yang tertua, dengan asal usulnya yang dapat ditelusuri hingga zaman Romawi kuno. Pada masa itu, serif digunakan dalam inskripsi batu, di mana ujung-ujung huruf diukir dengan tambahan garis-garis kecil sebagai penutup. Penggunaan serif semakin populer pada abad ke-15 ketika Johannes Gutenberg memperkenalkan mesin cetak. Tipografi serif menjadi standar dalam dunia percetakan, karena kemampuannya yang baik dalam menyampaikan teks yang panjang dan memberikan kesan formalitas.
Karakteristik:
- Memiliki dekorasi atau garis kecil di ujung-ujung huruf.
- Cocok untuk desain yang formal dan tradisional.
- Sering digunakan dalam karya cetak yang ingin menampilkan kesan elegan dan profesional.
Perkembangan:
Serif telah berkembang menjadi beberapa subkategori seiring berjalannya waktu. Di antaranya adalah:
- Old Style Serif (abad ke-15 hingga ke-17): Contoh paling terkenal adalah Garamond, yang memiliki garis-garis halus dan kontras rendah, mencerminkan gaya renaisans.
- Transitional Serif (abad ke-18): Menggabungkan elemen-elemen dari Old Style dan Modern Serif. Contohnya adalah Baskerville, yang memiliki kontras lebih tajam dan bentuk huruf yang lebih tegas.
- Modern Serif (akhir abad ke-18): Ditandai dengan kontras tinggi antara garis tebal dan tipis serta penggunaan garis lurus. Didot dan Bodoni adalah contoh klasik dari Modern Serif.
2. Sans-serif
Sejarah:
Sans-serif pertama kali muncul pada abad ke-19, ditandai dengan keinginan untuk menciptakan tipografi yang lebih sederhana dan modern, yang berbeda dari gaya tradisional serif. Sans-serif awalnya digunakan untuk desain-desain eksperimental dan kemudian menjadi lebih umum digunakan di berbagai media. Salah satu jenis sans-serif pertama yang terkenal adalah Akzidenz-Grotesk, yang diperkenalkan di Jerman pada tahun 1898. Sans-serif menawarkan kebaruan dengan menghilangkan dekorasi yang ada pada huruf serif, menciptakan tampilan yang lebih bersih dan jelas.
Karakteristik:
- Tidak memiliki dekorasi atau garis kecil di ujung-ujung huruf, memberikan kesan yang lebih bersih dan simpel.
- Cocok untuk desain yang modern, minimalis, dan kontemporer.
- Sering digunakan dalam desain web, aplikasi digital, dan antarmuka pengguna (UI) karena keterbacaannya yang baik di layar.
Perkembangan:
Sans-serif mulai berkembang pesat pada abad ke-20, terutama setelah peluncuran Helvetica pada tahun 1957 oleh Max Miedinger dan Eduard Hoffmann. Helvetica, dengan bentuk hurufnya yang netral dan serba guna, menjadi simbol desain modern dan digunakan secara luas dalam berbagai media, mulai dari iklan hingga desain korporat. Selain Helvetica, font sans-serif lain yang terkenal seperti Arial, Futura, dan Gill Sans juga berkontribusi pada popularitas tipe huruf ini dalam desain kontemporer. Di era digital, sans-serif menjadi pilihan utama karena keterbacaannya yang baik di layar berbagai ukuran, mulai dari smartphone hingga billboard digital.
- Grotesque Sans-serif (akhir abad ke-19): Ini adalah kategori sans-serif pertama yang muncul, dengan bentuk huruf yang lebih kaku dan formal.
- Neo-grotesque Sans-serif (pertengahan abad ke-20): Font seperti Helvetica termasuk dalam kategori ini, yang menekankan pada kesederhanaan dan keterbacaan.
- Geometric Sans-serif (awal abad ke-20): Ditandai dengan bentuk huruf yang didasarkan pada bentuk-bentuk geometris dasar, seperti lingkaran dan persegi. Futura adalah contoh klasik dari kategori ini.
- Humanist Sans-serif (abad ke-20): Terinspirasi oleh bentuk huruf serif tradisional, tetapi tanpa dekorasi di ujungnya. Contoh terkenal adalah Gill Sans.
Sans-serif terus menjadi pilihan populer di era digital, mengakomodasi kebutuhan akan desain yang responsif dan mudah dibaca di berbagai perangkat.
3. Display
Sejarah:
Display typefaces muncul pada abad ke-19, terutama digunakan untuk poster, iklan, dan headline. Mereka dirancang untuk menarik perhatian dan sering memiliki desain yang sangat dekoratif dan eksperimental.
Karakteristik:
- Memiliki karakteristik yang unik dan menarik perhatian.
- Cocok untuk desain yang ingin menonjolkan pesan tertentu.
- Umumnya digunakan pada headline atau judul.
Perkembangan:
Seiring dengan perkembangan teknologi, tipografi Display menjadi semakin beragam dengan penggunaan di berbagai media, dari cetak hingga digital, mencakup berbagai gaya yang mencolok dan kreatif.
4. Script
Sejarah:
Tipografi Script terinspirasi oleh tulisan tangan kaligrafi dan telah ada sejak zaman Renaisans pada abad ke-16. Gaya ini sering digunakan dalam dokumen formal dan undangan karena memberikan kesan elegan dan pribadi.
Karakteristik:
- Bentuknya menyerupai tulisan tangan.
- Cocok untuk desain yang bersifat elegan dan feminin.
Perkembangan:
Script fonts berkembang menjadi berbagai gaya, mulai dari formal seperti Copperplate pada abad ke-18 hingga gaya yang lebih santai dan modern seperti Brush Script pada abad ke-20.
5. Monospace
Sejarah:
Monospace pertama kali digunakan dalam mesin tik pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, di mana setiap huruf menempati ruang yang sama. Ini memberikan tampilan yang rapi dan konsisten.
Karakteristik:
- Jarak antar huruf sama.
- Cocok untuk desain yang bersifat teknis dan futuristik.
Perkembangan:
Monospace fonts seperti Courier menjadi ikon dalam dunia pemrograman dan digunakan secara luas dalam teks yang memerlukan format yang presisi, seperti kode komputer dan skrip.
6. Handwriting
Sejarah:
Handwriting fonts memiliki akar yang kuat dalam gaya tulisan tangan yang bebas dan ekspresif. Gaya ini mulai populer pada abad ke-20 sebagai bentuk ekspresi yang lebih personal dan kasual dalam desain.
Karakteristik:
- Bentuknya menyerupai tulisan tangan, namun lebih kasar dan tidak rapi.
- Cocok untuk desain yang bersifat kreatif dan informal.
Perkembangan:
Font Handwriting menjadi populer dalam budaya pop dan desain modern, sering digunakan dalam proyek-proyek yang memerlukan sentuhan pribadi dan kreatif.
7. Blackletter
Sejarah:
Blackletter, juga dikenal sebagai Gothic atau Old English, adalah salah satu gaya huruf tertua, yang berasal dari abad ke-12 di Eropa. Gaya ini sering digunakan dalam manuskrip dan dokumen resmi pada Abad Pertengahan.
Karakteristik:
- Sering digunakan pada desain yang bersifat vintage dan gothic.
- Memiliki bentuk huruf yang unik dan mencolok.
Perkembangan:
Blackletter terus digunakan dalam konteks tertentu hingga hari ini, terutama dalam desain yang ingin menonjolkan elemen tradisional, gothic, atau religius.
Kesimpulan:
Pemahaman tentang berbagai jenis tipografi dan sejarahnya akan membantu kamu dalam membuat desain yang lebih menarik dan efektif. Pilihlah tipografi yang tepat untuk setiap proyek desain grafismu, dan lihat bagaimana tipografi dapat mengubah keseluruhan tampilan dan nuansa dari karya yang kamu buat.
Artikel Terkait
Apa itu Font ?
Ditulis Oleh
zidan
pada
Apr 2024
Gestalt Psychology di dalam Desain
Ditulis Oleh
zidan
pada
May 2021