MODERAT DALAM ISLAM

Hal yang paling didengungkan di seluruh penjuru dunia adalah kedamaian, atau dengan kalimat yang lebih indah yang menyangkut pertanyaan…

Ditulis Oleh rahmat Pada Oct 2020

Hal yang paling didengungkan di seluruh penjuru dunia adalah kedamaian, atau dengan kalimat yang lebih indah yang menyangkut pertanyaan “siapa yang benci kedamaian?”,

Kebanyakan orang akan setuju kalau Jawabannya tentu tidak ada.

Karena berdasar pada fitrah manusia yang mencintai segala hal yang berbau kebaikan, dan kedamaian adalah salah satu elemen penting dalam hal kebaikan.

Namun nyatanya hal yang terbilang fitrah manusia itu kadang tertutupi dengan perasaan takut, nafsu, dendam, rasa berkuasa dan beberapa hal buruk lainnya, sehingga muncul diskriminasi individu atau kelompok (bersikap rasis).

Di balik semua kekacauan itu, Islam datang memperbaiki seluruh tatanan termasuk cara bersikap pada perbedaan.

Cara bersikap Islam ini di kenal dengan sikap keadilannya, seimbangnya dan proporsionalnya (toleran).

Sikap ini disebutkan dalam Al-Qur’an dengan istilah “wasathiyah” yang di kenal dengan nama popular “moderat” pada era sekarang.

Moderasi atau dalam Islam lebih dikenal dengan sebutan wasathiyah adalah ajaran Islam yang mengarahkan umat agar mampu bersikap secara adil, seimbang, dan proporsional namun tidak sampai pada makna pluralisme.

Dalam beberapa kejadian yang menyangkut perbedaan antara individu atau kelompok, sikap moderat adalah pemecah pertikaian, karena pada prinsip kemoderatan mengajarkan tidak berat sebelah, tidak ekstrem, dan tidak plural atau dengan kata lain menerima segala perbedaan sesuai batas-batas yang ditentukan agama.

Kemoderatan dalam Islam adalah pengajaran bagaimana penerimaan pada perbedaan, karena perbedaan dalam tatanan kehidupan (tertidur hingga terbangun kembali) merupakan sunnatullah yang telah diatur oleh اللّٰه سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى untuk mewarnai kehidupan.

Perbedaan di sini bukan hanya menyangkut persoalan agama, namun juga berkaitan erat dengan suku, budaya, bahasa, negara hingga permasalahan biologis seperti perbedaan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan, pemilik warna kulit putih dan hitam serta hal lainnya yang menyangkut perbedaan yang tidak mungkin penulis tulis secara keseluruhan karena keterbatasan.

Moderat di jelaskan di dalam al Qur’an pada surah Al-Baqarah ayat 143:

…وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا

Terjemahan:

“Dan demikian (pula) kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat yang pertengahan … Tafsir QS. Al-Baqarah ayat 143

Dan demikian (pula) kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat yang pertengahan. Yakni tegak dan terpilih atau dapat diartikan umat yang pertengahan adalah umat yang tidak pada posisi ujung dan pinggir yang tergolong dalam mara bahaya; اللّٰه سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menjadikan agama ini sebagai pertengahan dalam segala perkara agama.

Pertengahan (dalam keyakinan dan sikap) terhadap para nabi diantara orang-orang nasrani yang melampaui batas terhadap mereka. seperti yahudi yang berpaling dari mereka, yaitu dengan beriman kepada mereka seluruhnya dengan cara yang benar.

Pertengahan dalam syariat, tidak seperti sikap berlebih-lebihannya orang Yahudi dan kesalahan-kesalahan mereka tidak pula seperti tindakan asal-asalan orang-orang Nasrani.

Umat ini memiliki agama paling sempurna, akhlak paling mulia dan amalan-amalan paling utama. اللّٰه سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah mengkaruniakan kepada mereka ilmu, keramahan, keadilan, kebaikan perbuatan yang tidak اللّٰه سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى karuniakan kepada umat-umat sebelum dan selain mereka.

Oleh karena itu mereka adalah umat pertengahan yang sempurna lagi seimbang, karena keadilan dan keputusan mereka yang adil. (1)

Sesuai dengan tafsir di atas dapat di petik sebuah pelajaran berharga bahwa umat Islam merupakan umat pertengahan, yang menjunjung dan menerima segala perbedaan, memiliki sikap toleransi, sadar dan cinta terhadap kedamaian.

Di balik semua itu hal yang harus kita pahami bersama adalah umat Islam bukanlah umat-umat yang berpendirian plural (semua ajaran agama itu sama dan akan kembali pada tuhan yang sama atau dalam bahasa yang lebih sederhana “semua umat punya surganya masing-masing”) Islam dan para umatnya tidaklah berpendirian seperti itu, Islam adalah sebuah ajaran ketauhidan yang percaya dan yakin hanya pada satu tuhan saja, tidak lebih. Pada kalimat “Islam adalah sebuah ajaran ketauhidan yang percaya dan yakin hanya pada satu tuhan saja” telah final dengan tanda baca titik dan tidak ada lagi penambahan, apa pun alasannya.

Imam Muhammad bin Ahmad Al-Anshari Al-Qurthubiy mengatakan bahwa umat wasathan (moderat) adalah umat yang berkeadilan dan paling baik karena sesuatu yang paling baik adalah yang paling adil”.

Al-Qurthubi menjelaskan bahwa اللّٰه سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menginginkan umat Islam menjadi umat yang moderat, paling adil dan paling cerdas.

Umat Islam juga harus menjadi umat yang selalu pada posisi pertengahan dan moderat tidak pada posisi ekstrem atau berlebihan.

Begitu pula dengan Ibnu Taimiyah, ia berpendapat bahwa wasathiyah umat ini terletak pada masalah kebersihan dan najis, pada masalah halal dan haram dan masalah akhlak atau moralitas.

Tidak pernah terjadi ajaran Islam menjadi keras dan kaku pada masa generasi salaf dan tidak pernah terjadi sikap memudah-mudahkan Islam pada masa generasi khalaf, karenanya hanya musuh اللّٰه سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang menjadikan agama ini menjadi ekstrim dan hanya para wali اللّٰه سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang menjadikan agama ini penuh rahmat dan kasih sayang. (2)

Keistimewaan agama Islam adalah tidak adanya pemaksaan kehendak untuk mengikuti kehendak. Islam menerima segala perbedaan, Islam mentoleransikan segala perbedaan dan Islam tidak mempermasalahkan adanya perbedaan, namun dibalik semua itu tetap ada batas-batas yang ditanamkan dalam jiwa para pemeluk setia agama Islam, bahwa agama kita berbeda, kerjakan apa yang ingin kamu kerjakan, sedangkan aku (para pemeluk Islam) mengerjakan apa yang ingin ku kerjakan yang dalam masalah perhitungan amal (baik atau buruk) adalah tanggung jawab perseorangan.

Hal ini sesuai dengan firman اللّٰه سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang tertera di dalam Al-Qur’an surah yunus ayat 41:

وَإِنْ كَذَّبُوكَ فَقُلْ لِي عَمَلِي وَلَكُمْ عَمَلُكُمْ ۖ أَنْتُمْ بَرِيئُونَ مِمَّا أَعْمَلُ وَأَنَا بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ

Terjemahan:

Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah: "Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan".

Tafsiran QS. Yunus ayat 41

Dan bila kaum musyrikin mendustakan dirimu wahai Rasul, maka katakanlah kepada mereka, “bagiku agamaku dan amal perbuatanku dan bagi kalian Agama dan perbuatan kalian. Kalian tidak akan disiksa karena perbuatanku dan aku pun tidak akan disiksa karena perbuatan kalian. (3)

Ajaran Islam yang moderat ini pernah di contoh-kan oleh Rasulullah Saw, ketika menjadi khalifah di Madinah.

Rasulullah memberikan kebebasan tanpa mengurangi sedikit pun hak orang-orang kafir atau dengan kata lain menyamakan antara umat Islam dan umat selain Islam dalam segi kehidupan duniawi (sosial, ekonomi) tanpa ada sedikit pun penindasan (adil dalam segala aspek), namun dibatasi pada hal-hal yang menyangkut akidah dan kepercayaan (kita sama-sama manusia, namun kita berbeda akidah dan kepercayaan, “untukmu agamamu dan untukku agamaku”) jadi dalam perhitungan dan penghisaban amal setiap orang mempertanggungjawabkan setiap perbuatannya sendiri-sendiri, sesuai yang tertera pada Al-Qur’an surah Yunus ayat 41.

Sikap kemoderatan itu ditunjukkan dengan menerima setiap perbedaan, toleransi terhadap perbedaan dan tidak melebihi batas-batas yang telah diatur dalam agama Islam.

Hal ini mencerminkan bahwa umat Islam adalah umat pertengahan, tidak plural juga tidak bersikap berlebihan (ekstrem ketidakwajaran). Islam adalah agama yang mengajarkan cinta, keindahan, kedamaian, dan merangkum segala sesuatu yang baik dalam aturan-aturan yang tak pernah memberatkan siapa pun pemeluknya (aturan Islam berdasar pada kebaikan).

Referensi :

(1)Syaikh Abdurrahman Bin Nashir As-Sa’di. Penerjemah: Muhammad Iqbal Dkk. 2016 Tafsir Al-Quran, Surat Al-Fatihah, Al-Baqarah, Ali Imran. Jakarta, Darul Haq.

(2) Khairan Muhammad Arif Moderasi Islam (Wasathiyah Islam) Perspektif Al-Qur’an, As-Sunnah Serta Pandangan Para Ulama dan Fuqaha (Fakultas Agama Islam, Universitas Islam As-Syafiiyah, Indonesia)

(3) Basyir, Hikmat Dkk. Penerjemah: Muhammad Ashim Dan Izzuddin Karimi. 2016. Tafsir Muyassar 1 Memahami Al-Qur’an Dengan Terjemahan Dan Penafsiran Paling Mudah. Jakarta: Darul Haq.


Artikel Terkait

Cover for Uang Panai Emang Semahal Itu Menikah Dengan Perempuan Suku Bugis

Uang Panai Emang Semahal Itu Menikah Dengan Perempuan Suku Bugis

Ditulis Oleh

rahmat

pada

Sep 2022

Beberapa waktu yang lalu, saya berada di tengah-tengah orang yang berdiskusi terkait uang panai. Salah seorang teman yang sudah menikah…

Cover for Cara memotivasi diri sendiri

Cara memotivasi diri sendiri

Ditulis Oleh

rahmat

pada

Jun 2022

Pernah ngak kamu berpikiran "aduh ada tugas, mana malas banget lagi ngerjainnya" Atau "Nanti dulu ah, scroll tik tok sekali lagi, sekali…