Uang Panai Emang Semahal Itu Menikah Dengan Perempuan Suku Bugis

Beberapa waktu yang lalu, saya berada di tengah-tengah orang yang berdiskusi terkait uang panai. Salah seorang teman yang sudah menikah…

Ditulis Oleh rahmat Pada Sep 2022

Beberapa waktu yang lalu, saya berada di tengah-tengah orang yang berdiskusi terkait uang panai. Salah seorang teman yang sudah menikah berkata "Kebanyakan anak muda yang pernah saya wawancarai kenapa belum menikah? Jawaban mereka seragam, yaitu belum mempunyai modal untuk membayar uang panai".

Hal itu juga dirasakan oleh teman saya ketika ingin menikah, dia merasa kewalahan untuk memenuhi besarnya permintaan uang panai dari keluarga mempelai perempuan. Namun, “Anak lelaki tak boleh dihiraukan panjang, hidupnya ialah buat berjuang, kalau perahunya telah dikayuhnya ke tengah, dia tak boleh surut pulang, meskipun bagaimana besar gelombang. Biarkan kemudi patah, biarkan layar robek, itu lebih mulia daripada membalik haluan pulang”. Begitu kata Buya Hamka.

Nah satu masalah lagi nih yang sering tersebar, yaitu apabila seorang anak laki-laki merantau, ketika pulang dan ingin menikah pasti akan disebut orang ber uang sehingga uang panai yang diminta oleh keluarga calon mempelai perempuan akan sedikit lebih tinggi. “Masa perantau ngasih uang panainya rendah, dia pergi merantau kan untuk cari uang” dikira nyari uang di perantauan kek mungut daun yang jatuh dari pohonnya. Wkwkw.

Salah Kaprah Tentang Uang Panai dan Mahar

Mungkin masih banyak yang bertanya, apakah uang panai itu sama dengan mahar bagi masyarakat suku bugis?

Jawabannya tidak! Bagi masyarakat Bugis uang panai adalah uang yang diserahkan mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan sebagai biaya pelaksanaan resepsi pernikahan sedangkan mahar adalah pemberian barang kepada mempelai perempuan untuk dimiliki secara mutlak.

Uang panai dapat pula disebut sebagai simbol penghormatan dan penghargaan mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan sehingga dapat diartikan pula sebagai simbol keseriusan laki-laki ketika ingin meminang seorang perempuan yang bersuku Bugis.

Uang panai yang diserahkan oleh mempelai laki-laki tidak serta merta dimiliki khusus oleh mempelai perempuan, di dalamnya masih ada campur tangan keluarga. Misalnya, uang panai yang diserahkan oleh mempelai laki-laki adalah 50 juta, maka uang 50 juta itu bukan khusus untuk mempelai perempuan, namun digunakan untuk memenuhi segala kebutuhan dalam resepsi pernikahan.

Bagaimana jika uang panai ada lebihnya setelah resepsi pernikahan selesai apakah mutlak milik mempelai perempuan?

Jawabannya tidak, tergantung dari perundingan keluarga. Ada yang menyimpannya sebagai tabungan, ada yang membeli emas untuk investasi ada yang dibagikan kepada keluarga dan lain sebagainya.

Berbeda dengan mahar. Mahar dikhususkan untuk dimiliki oleh mempelai perempuan. Misalnya, mahar mempelai perempuan adalah sebidang sawah atau kebun, maka sawah atau kebun yang dimaharkan kepada mempelai perempuan mutlak menjadi miliknya dan tidak ada campur tangan orang lain.

Jumlah Uang Panai Ditentukan Berdasarkan Status Sosial, Kecantikan Dan Pekerjaan.

Tingginya uang panai bagi suku Bugis sangat beragam, tergantung status sosial, kecantikan, pendidikan dan pekerjaan perempuan. Semakin tinggi status sosial, kecantikan, pendidikan dan pekerjaan seorang perempuan, semakin tinggi pula uang panai yang akan diterimanya. Jika tidak, maka si mempelai perempuan akan menjadi bahan gosip tetangga-tetangga dengan tuduhan-tuduhan yang bermacam-macam.

Keluarga perempuan lulusan S1 akan meminta uang panai lebih tinggi daripada yang lulusan SMA. Misalnya perempuan lulusan S1 diserahkan uang panai sebanyak 50 juta, maka perempuan lulusan SMA akan diserahkan uang panai sebanyak 35 - 40 juta. Jumlah tersebut akan semakin besar apabila seorang perempuan berasal dari keluarga yang berstatus sosial tinggi, memiliki pekerjaan sendiri dan cantik.

Perundingan Menentukan Besarnya Uang Panai

Sebelum menentukan berapa besar uang panai yang diberikan kepada mempelai perempuan, biasanya kedua keluarga besar akan berembuk membicarakan berapa jumlah uang panai yang akan diberikan kepada mempelai perempuan, sehingga terjadi diskusi antara kedua belah pihak untuk menentukan besarnya uang panai yang akan diserahkan kepada mempelai perempuan.

Biasanya dalam perundingan, pihak mempelai perempuan akan menyambut pihak mempelai laki-laki dengan menyediakan makanan dan minuman sebagai bentuk kekeluargaan dan kehangatan dalam perundingan besarnya uang panai yang akan diserahkan kepada mempelai perempuan.

Dalam perundingan tersebut, terjadi tawar menawar besarnya uang panai yang akan diserahkan. Status sosial, pendidikan dan pekerjaan mempelai perempuan sangat menentukan besarnya jumlah uang panai yang kemudian diberikan pada mempelai perempuan. Namun tidak sedikit campur tangan keluarga jauh yang suka mempengaruhi pihak mempelai perempuan untuk menambah nominal uang panai. Seperti ujaran.

"Ehh, tambahi itu uang panai nya anakmu, kemarin anaknya tetangga lebih tinggi daripada itu, maluki nanti"

"Ehh, sedikit sekali uang panaina itu, mahal-mahal sekarang kebutuhan pernikahan, mana mauki undang keluarga besar, harus sapi dipotongkanki"

"Ehh, tambahi lagi uang panai na anakmu, sarjanami, adami juga kerjanya, cantik juga. Masa mauko kasi menikah dengan uang panai sedikit, apa nanti na bilang orang"

Plus Minus Uang Panai

Budaya uang panai ini kadang membuat pernikahan kandas karena tingginya uang panai yang harus diserahkan kepada calon mempelai perempuan dan ketidakmampuan calon mempelai laki-laki untuk memenuhinya. Tidak sedikit juga pihak mempelai laki-laki yang rela berhutang untuk memenuhi permintaan pihak perempuan terkait uang panai.

Pada beberapa kasus, juga terjadi kawin lari atau dalam masyarakat suku Bugis disebut silariang. Silariang sering terjadi akibat kedua mempelai sangat ingin menikah namun tidak sanggup membayar biaya uang panai atau karena tidak adanya restu dari orang tua dan keluarga.

Dibalik minusnya, ada juga nilai plus uang panai, yaitu memperlihatkan keseriusan pihak laki-laki untuk meminang seorang perempuan. Tidak sampai di situ, tidak sedikit pasangan ketika ingin bercerai, pihak laki-laki akan berpikir dua kali sebelum menceraikan istrinya karena besarnya pengorbanan yang dia kerahkan ketika memperistri perempuan yang telah menjadi ibu dari anak-anaknya.


Artikel Terkait

Cover for Cara memotivasi diri sendiri

Cara memotivasi diri sendiri

Ditulis Oleh

rahmat

pada

Jun 2022

Pernah ngak kamu berpikiran "aduh ada tugas, mana malas banget lagi ngerjainnya" Atau "Nanti dulu ah, scroll tik tok sekali lagi, sekali…

Cover for Fenomena Healing, apakah Gen Z manja?

Fenomena Healing, apakah Gen Z manja?

Ditulis Oleh

rahmat

pada

Mar 2022

Kamu aktif di sosial media? Atau perkumpulan-perkumpulan anak muda di daerah kamu? Apa yang menjadi topik hangat di pembahasan mereka…