Berbicara Tentang Rasisme

Hari ini kami akan menjelaskan lebih lanjut tentang rasisme, melanjutkan tulisan kami sebelumnya yang berjudul Mengupas Gerakan Black Lives…

Ditulis Oleh rahmat Pada Aug 2020

Hari ini kami akan menjelaskan lebih lanjut tentang rasisme, melanjutkan tulisan kami sebelumnya yang berjudul Mengupas Gerakan Black Lives Matter.

Perlu kita ketahui bahwa rasisme telah ada sejak berabad-abad silam hingga sekarang.

Seperti yang sudah kami jelaskan di gerakan black lives matter, bahwa rasisme adalah sebuah ideologi yang pemeluknya beranggapan bahwa dia memiliki kedudukan dan kekuasaan yang lebih besar dibandingkan yang lainnya.

Tentu ideologi seperti ini tidaklah baik, dan harus dihentikan.

Terlebih lagi bagi orang-orang yang tinggal dan hidup dalam satu negara yang sama dan menjadi warga negara di satu negara yang sama.

Akibatnya, ideologi tak jelas ini menjadi sebab terjadinya beberapa hal-hal bodoh yang semestinya tak terjadi.

Hal bodoh yang terjadi hanya karena perbedaan pigmen di kulit saja, apalagi jika nyawa seseorang sampai dihilangkan.

Dalam kehidupan bermasyarakat, terdapat banyak faktor yang menyebabkan terjadinya tindakan rasisme.

Mulai dari rasa tidak nyaman karena ada golongan lain. Walaupun rasa nyaman itu hadir di akibatkan oleh hal-hal yang sepele. Serta timbul rasa untuk melakukan tindak kekerasan terhadap orang-orang yang tidak satu golongan itu.

Dalam hal ini saja, kita sudah bisa melihat bagaimana tingkat kedewasaan seseorang dan bagaimana cara memperlakukan seseorang yang dalam hal biologis berbeda (warna kulit, postur tubuh dan lain-lain) oleh suatu kelompok tertentu.

Lalu bagaimana rasisme ini bisa muncul pada seseorang?

Untuk menjawabnya, mari kita sama-sama memperhatikan ilustrasi berikut.

Seorang suami membawa istrinya yang sedang hamil berjalan-jalan di sebuah taman pada sore hari (sepasang suami istri ini sama-sama berkulit putih).

Dari kejauhan, sepasang suami istri tersebut melihat seorang anak laki-laki berkulit hitam yang sedang bermain dengan seorang anak laki-laki berkulit putih.

Kedua anak ini bermain saling berhadapan dan masing-masing memegang peralatan main yang terbuat dari bahan plastik.

Lalu tiba-tiba anak laki-laki berkulit putih menangis karena digigit oleh semut.

Karena melihatnya dari kejauhan, maka muncul pra-duga yang salah pada sepasang suami istri ini, bahwa anak laki-laki berkulit hitam-lah yang telah membuat anak laki-laki berkulit putih yang menangis.

Nah mulai dari sini bibit-bibit perilaku rasis terjadi, lalu pada waktu yang sama muncul dugaan bahwa orang-orang yang berkulit hitam adalah orang-orang yang kasar, karena dilihat dari sewaktu mereka masih anak-anak saja mereka sudah bisa berbuat kasar, apalagi jika telah dewasa (stereotip).

Padahal, anak laki-laki berkulit hitam ini sama sekali tidak melakukan apa-apa, apalagi sampai membuat anak laki-laki berkulit putih menjadi menangis.


Setiap manusia, memiliki sikap, perilaku dan watak yang berbeda.

Namun bagi mereka yang terjebak dalam stereotip ini, akan selalu tidak dapat melihat sisi lain, serta menyadari bahwa semua orang berbeda-beda.

Sehingga pada saat bertemu dengan orang berkulit hitam, mereka akan selalu menduga dan mengira bahwa orang berkulit hitam adalah orang jahat.

Padahal tidak demikian, lalu dugaan yang tak benar ini disampaikan pada kerabat-kerabatnya, diturunkan kepada keturunannya sehingga muncul sebuah kelompok masyarakat yang anti kulit hitam (meski tidak dalam bentuk lembaga).

Dilihat dari segi mana pun, perbuatan rasisme adalah perbuatan yang tidak ada nilai positifnya sama sekali, yang ada hanya nilai negatif, secara mendasar hal yang sangat buruk.

Kita ambil contoh kasus yang lain, kurang lebih setahun yang lalu, mahasiswa papua yang kuliah di daerah jawa ( Surabaya ) mendapat perlakuan rasisme.

Mulai dari ucapan-ucapan tak menyenakkan di telinga, hingga perlakuan dari pihak berwajib yang kurang tepat.

Sehingga menyebabkan kurang lebih 43 mahasiswa papua di tangkap dan di bawa ke kantor polisi.

Melihat dari segi kerugian, tentu yang dirugikan adalah mahasiswa papua, mereka tak tau menahu mengenai penyebab sehingga mereka mendapatkan perlakuan yang demikian, bahkan diantara mereka ada yang terluka.

(bukankah kita sama, sebagai warga masyarakat Indonesia ? ).


Penulis pernah membaca sebuah pengalaman dari seorang yang dahulu merupakan mahasiswa di Amerika Serikat.

Di dalam tulisan tersebut, dia menerangkan bahwa ketika kuliah dia seperti mendapatkan sebuah doktrin karena mengenai orang berkulit putih terhadap orang berkulit hitam, sehingga dia juga merasa was-was terhadap orang yang berkulit hitam. Meski pun begitu, dia tetap berteman dengan orang yang berkulit hitam. Dilanjutkan lagi dalam tulisannya tersebut, ketika berteman dengan orang berkulit putih, dia merasa tidak ada perbedaan yang sangat jelas ketika berteman dengan orang berkulit hitam, bahkan orang-orang berkulit hitam yang dia kenal adalah orang-orang yang sangat baik, sehingga menyebabkan pikirannya tentang orang-orang berkulit hitam menjadi berubah.

Seperti yang penulis jelaskan pada bagian awal tulisan ini, penyebab seseorang bisa berbuat rasisme adalah adanya rasa was-was (agar tidak disingkirkan), dengan adanya perasaan was-was ini sehingga menyebabkan seseorang berlaku rasisme.

Seseorang ( siapa saja itu ) sebenarnya dapat berbuat rasisme, namun ditinjau dari beberapa sebab yang menyebabkan munculnya rasisme di tengah-tengah mereka, maka bisa kita simpul-kan bahwa hal ini mampu di redam oleh pribadi atau kelompok, supaya perilaku rasisme tidak akan terjadi.

Tambahan:

Dengan melihat betapa buruknya rasisme, yang jika dilihat dari sudut pandang mana pun tidak memiliki nilai positif sama sekali.

Maka sebagai seseorang yang hidup bermasyarakat, sebuah perbuatan yang sangat tepat jika dalam kehidupannya memperlakukan sikap toleran dan menerima segala perbedaan bagaimana pun bentuk perbedaan itu.

Dengan begitu, rasisme yang ada di tengah-tengah masyarakat akan memudar, bahkan hilang sehingga masing-masing individu atau kelompok akan merasa aman dan tidak lagi memiliki rasa was-was dari ancaman (bagaimana pun bentuknya).


Artikel Terkait

Cover for Uang Panai Emang Semahal Itu Menikah Dengan Perempuan Suku Bugis

Uang Panai Emang Semahal Itu Menikah Dengan Perempuan Suku Bugis

Ditulis Oleh

rahmat

pada

Sep 2022

Beberapa waktu yang lalu, saya berada di tengah-tengah orang yang berdiskusi terkait uang panai. Salah seorang teman yang sudah menikah…

Cover for Cara memotivasi diri sendiri

Cara memotivasi diri sendiri

Ditulis Oleh

rahmat

pada

Jun 2022

Pernah ngak kamu berpikiran "aduh ada tugas, mana malas banget lagi ngerjainnya" Atau "Nanti dulu ah, scroll tik tok sekali lagi, sekali…